Kalr popper dan pemikirannya

 


Karl Raymund Popper Merupakan seorang filsuf dan professor asal Vietnam dan inggris. Dia disebut filsuf terbesar di abad 20 dalam bidan filsafat ilmu. Minat dan bakatnya bermula dari sang ayah yang mana beliau adalah seorang pengacara namun sangat antusias dengan buku – buku dan dunia filsafat. Ketika usia karl popper beranjak 16 tahun ia meninggalkan sekolahnya dengan alasan bahwa semua pelajaran yang disungguhkan terlalu membosankan, lalu ia menjadi pendengar bebas pada universitas wina dan baru pada tahun 1922 ia diterima sebagai mahasiswa.

Pada tahun 1928 karl popper meraih gelar doctor dengan judul diserfasi “Masalah psikologi dalam psikologi pemikiran”.

Pada tahun 1934 popper menggebrak dunia filsafat dengan bukunya yang berjudul “The Logic Scientific Discovery”. Dalam bukunya tersebut kalr popper melakukan banyak kritik terhadap kecendrungan metodeologi sains dimasa itu yang didominasi oleh kaum yang menganut ajaran positivisme.

Positivisme adalah suatu paham yang dalam pencapaian kebenarannya bersumber dan berpangkal pada kejadiaan yang benar benar terjadi. Jadi segala hal yang diluar itu tidak dikaji dalam positivisme. Dalam bukunya ini popper mencoba menunjukan sebuah gagasan yang menarik mengenai falfikasi , karena pada sebelumnya kaum positivisme banyak menggunakan prinsip verifikasi yaitu menggunakan pembuktian dengan fakta-fakta empiris untuk mendukung sebuah teori sains.

Karena menurut kalr popper, proses verifikasi sangatlah lemah. Verifikasi hanyalah bekerja melalui logika induksi. Logika induksi adalah peyimpulan suatu teori umum dari pembuktian fakta-fakta partikular. Kalr popper lebih condong untuk menggunakan falfikasi. Fokus penelitian adalah untuk membuktikan bahwa suatu teori itu adalah salah dengan menyodorkan sebuah bukti yang membuktikan bahwa teori itu salah. 

Jadi sebuah teori adalah teori itu harus bisa disalahkan ( falsibiability ) atau sebuah penyataan dapat dibuktikan kesalahannya, bisa disangkal ( refutability ) dan di uji ( testability ). Melakukan perbandingan secara logis dan ilmiah dengan teori yang ada. Apakah teori tersebut tahan uji atau belum. Kalau gugur akan digantikan oleh teori baru begitu juga berikutnya.

Penemuan akan disebut ilmiah apabila ada falfikasi atau kesalahan ,perbandian , bisa disangkal ataupun disalahkan. Jadi teori sifatnya terbuka untuk dikritik oleh temuan berikutnya. Jika suatu pengetahuan tidak boleh dan tidak bisa disalahkan,maka tidak bisa disebut ilmiah.

Jadi teori atau pengetahuan itu bersifat sementara sampai ada kebenaran ilmiah lain yang dapat membuktikan kesalahannya. Dan teori atau pengetahuan tidak menjamin kita bisa menemukan kebenaran, tapi upaya kita untuk terus menerus mendekati kebenaran.

Oleh Elvi Litcia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsuf aneh dimasa Yunani klasik!