AKU BERPIKIR MAKA AKU ADA

 Cogito ergo sum adalah sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, sang filsuf ternama dari Prancis. Artinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini adalah Descartes ingin mencari kebenaran dengan pertama-tama meragukan semua hal. Ia meragukan inderanya, meragukan keberadaan benda-benda di sekelilingnya, bahkan meragukan keberadaan dirinya sendiri. Namun, fakta bahwa ia bisa berpikir akan semua hal itu, membuktikan eksistensinya. Dengan demikian, Descartes mengambil kesimpulan bahwa ketika ia berpikir, maka ia ada.

René Descartes adalah filsuf, matematikawan, dan ilmuwan Prancis yang lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Ia dikenal sebagai bapak filsafat modern dan salah satu pemikir terpenting dalam sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan. Descartes membuat banyak kontribusi yang signifikan dalam bidang filsafat, matematika, dan ilmu alam.

Biografi Rene Descartes


René Descartes lahir pada tanggal 31 Maret 1596 di Touraine (sekarang bernama Descartes, Indre-et-Loire), sebuah provinsi di Prancis. Keluarga Descartes yang menganut Katolik-Roma, tinggal di wilayah Poitou yang dikuasai oleh kelompok Protestan Huguenots. Descartes mempunyai dua kakak –laki-laki dan perempuan, yang masing-masing bernama Pierre dan Jeanne. Ayahnya bernama Joachim, seorang anggota Parlemen Brittany di Rennes. Ibunya, yang bernama Jeanne Brochard, meninggal ketika Descartes baru berusia tigabelas setengah bulan. Descartes kecil sering sakit-sakitan, ia menderita batuk kering turunan ibunya. Ia dikenal sebagai sosok pendiam dan kutu buku.

Descartes menempuh pendidikannya di sekolah jasuit di La Fleche, dekat dengan Le Mans dan lulus pada tahun tahun 1614. Ia pun melanjutkan sekolah di Universitas Politiers di bidang hukum dan lulus dua tahun kemudian. setelah lulus Rene Descartes memilih berpetualang mencari pengalaman dan berinteraksi dengan berbagai orang.

Pada tahun 1628, Descartes bertempat tinggal di Republik Belanda. Di Belanda, ia kembali mengenyam pendidikan formal di Universitas Franeker pada tahun 1629 dan di Universitas Leiden pada tahun berikutnya. Selama periode ini, Descartes menulis karya-karya utamanya. Ia banyak mengarang ilmu pasti, filsafat, dan metodologi.

Sekitar tahun 1629, Rene Descartes menulis sebuah buku yang terkenal yang bernama Rules for the Direction of the Mind. Buku ini memberikan garis-garis besar mengenai metodenya dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi, buku yang ia tulis ini tidak komplit dan tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Namun buku tersebut diterbitkan untuk pertama kalinya, 50 tahun sesudah Descartes wafat.

Dari tahun 1630 sampai 1634, Rene Descartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajakan secara terpisah-pisah. Pemikiran Rene Descartes ia fokuskan di bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti optik, meteorologi, matematika dan berbagai cabang ilmu lainnya. Rene Descartes kemudian menulis hasil-hasil penyelidikan ilmiahnya dalam buku yang disebut Le Monde (Dunia).

Di tahun 1633, tatkala buku karya Rene Descartes hampir rampung, dia dengan penguasa gereja di Italia mengutuk Galileo Galilei karena menyokong teori Copernicus bahwa dunia ini sebenarnya bulat, bukannya datar, dan bumi itu berputar mengitari matahari, bukan sebaliknya.  Meskipun di Negeri Belanda, Rene Descartes tidak berada di bawah kekuasaan gereja Katolik, Rene Descartes sangat berhati-hati untuk tidak menerbitkan bukunya walau dia pun sebenarnya sepakat dengan teori Copernicus.

Tahun 1637 Rene Descartes menerbitkan bukunya yang sangat terkenal berjudul Discourse on the Method for Properly Guiding the Reason and Finding Truth in the Sciences (biasanya diringkas saja Discourse on Method). Discourse ditulis dalam bahasa Perancis dan bukan Latin sehingga semua kalangan intelegensia dapat membacanya, termasuk mereka yang tak peroleh pendidikan klasik. Sebagai tambahan Discourse ada tiga esai.

Di tahun 1641, Rene Descartes menerbitkan bukunya yang termasyhur berjudul Meditations on First Philosophy. Dan bukunya Principles of philosophy muncul tahun 1644. Ke dua buku itu aslinya ditulis dalam bahasa Latin dan terjemahan Perancisnya terbit tahun 1647.

Pada tahun 1649, Descartes meneriwa tawaran untuk menjadi pengajar privat Ratu Christina dari Swedia. Pada tanggal 11 Februari 1650, Descartes meninggal, diduga disebabkan pneumonia atau radang paru-paru. Diperkirakan, hal itu terjadi karena udara dingin Skandinavia, juga waktu mengajar yang kebanyakan dilaksanakan pada pagi hari di kastil yang dingin dan berangin.

Pemikiran dan Kontribusi René Descartes

Rene Descartes adalah seorang filosof rasionalisme. Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang melihat bahwa segala sesuatu yg kita ketahui terletak pada akal budi (rasio). Descartes berusaha mencapai suatu kepastian dasariah dan kebenaran yang kokoh. Untuk menemukan titik kepastian itu Descartes mulai dengan sebuah kesangsian atas segala sesuatu.

Rene Descartes mengambil posisi yang berlawanan dengan John Locke berkaitan dengan asal-usul pengetahuan. Descartes yakin bahwa cara terbaik untuk mencapai pengetahuan adalah melalui penalaran, bukan pengalaman. Ia tidak menolak keberadaan pengalaman dan pengetahuan yang ditarik dari situ. Yang disangsikan oleh Descartes adalah unsur kebenaran pengetahuan.

Dalam bukunya Discorse on Method ia menulis, "Karena terkadang indera menipu kita, saya berpendapat bahwa tidak ada satupun yang persis sama seperti yang ditangkap indera kita”. 

Descartes tidak menolak keberadaan pengalaman. Menurutnya ia "hanya" menolak keberadaan yang dihasilkan pengalaman. Menurutnya, pengalaman bisa menipu dan menimbulkan keraguan. Bagi Descartes, indera paling-paling hanya menjadi "kesempatan" bagi gagasan bawaan untuk muncul ke kesadaran, tapi tidak pernah merupakan penyebab munculnya gagasan tersebut.

Descartes membuat banyak kontribusi yang signifikan dalam bidang filsafat, matematika, dan ilmu alam.  Dalam filsafat, Descartes memperkenalkan metode ilmiah baru yang menekankan pada rasionalitas dan kritisisme, yang kemudian menjadi dasar bagi filsafat modern. Ia memperkenalkan koordinat cartesian, yaitu sistem koordinat yang menggunakan dua garis datar yang memotong satu sama lain pada titik nol. Ini memungkinkan pemodelan dan representasi objek dalam ruang dengan menggunakan dua angka. Descartes juga merumuskan aturan penambahan dan pengurangan dalam sistem koordinat. Dalam ilmu alam, Descartes memperkenalkan filosofi mekanik, yang berpendapat bahwa alam semesta dapat diterangkan dan diprediksi melalui hukum-hukum mekanika. Ia juga memperkenalkan konsep tentang bagaimana persepsi indera mempengaruhi pemikiran dan bagaimana alam semesta dapat diterima oleh pikiran melalui persepsi. Dalam keseluruhan, pemikiran Descartes memainkan peran penting dalam perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Ia mengusulkan metode ilmiah dan pemikiran rasional yang menjadi gdasar bagi filsafat dan ilmu pengetahuan modern, dan kontribusinya dalam matematika dan ilmu alam membantu membuat pemahaman yang lebih baik tentang dunia dan bagaimana cara menjelaskannya.

Namun, menariknya, inspirasi pemikiran Descartes, sang rasionalis besar itu, justru lahir dari ketaksadaran, yaitu tiga mimpi beruntun yang dialaminya pada 11 November 1619, saat dia menjadi tentara Bavaria dan sedang berkemah di tengah badai salju. Mimpi pertamanya memperlihatkan bagaimana Descartes berjuang melawan angin yang sangat kencang ketika hendak menuju gereja yang terdapat di kolesenya di la Flèche. Mimpi keduanya memperlihatkan bagaimana Descartes tengah mengalami ketakutan. Dan mimpi ketiganya menggambarkan bagaimana Descartes tengah memegang kamus yang masih harus dia lengkapi.

Kemudian, inspirasi lainnya Descartes temukan dari Imam Al-Ghazali, sang Hujattul Islam. Pada masa itu, karya-karya Al-Ghazali telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Dominicus Gundisalvus, dan salah satunya adalah Al-Munqidz min al-Dhalal (Penyelamat dari Kesesatan) yang merupakan buku autobiografi sang Imam. 


Oleh : An Nisa Lathifah Qolbiyyati

Komentar